Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KETIKA MUSUH BERUBAH MENJADI SAUDARA

OKetika Musuh Berubah Menjadi Saudara
Oleh : Defri Werdiono

Barangkali tidak pernah terlintas di benak Suryadin Laoddang, jika permusuhannya dengan Ardi sewaktu masih remaja akan berubah menjadi teman, bahkan saudara. Boleh dibilang, darah Suryadin kini telah lebur di dalam tubuh bekas musuhnya.

Minggu (24/5) siang, pria asal Wajo, Sulawesi Selatan, itu menuturkan kisah hidupnya. Pada tahun 1992, ketika masih di sekolah menengah pertama, Suryadin (29) duduk di bangku kelas III-2, sedangkan Ardi di kelas III-1 pada sekolah yang sama.

“Dia menjadi pemimpin ‘begundal’ di kelas III-1, sedangkan saya pimpinan ‘begundal’ di kelas III-2’. Akan tetapi saya selalu kalah” ujarnya sambil tertawa. Perbincangan melalui telepon terasa kian menarik ketika Suryadin yang kini bekerja di Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta mengaku tidak canggung untuk berbagi cerita.

Perseteruan tersebut, tuturnya, berlanjut hingga sekolah menengah atas, meski keduanya tidak satu sekolah lagi. Mereka baru benar-benar berpisah setelah keluar dari SMA. Sang teman melanjutkan ke Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (yang kini berubah menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri/IPDN), sedangkan Suryadin kuliah diYogyakarta.

Saat masih di IPDN, suatu hari berwisata ke Yogyakarta. Ketika berada dikota Gudeg itulah peristiwa kurang menyenangkan terjadi. Ardi mengalami kecelakaan dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Saat itulah persoalan muncul, Ardi yang memiliki golongan darah AB harus mencari darah serupa. Maklum, dari empat golongan darah yang ada, A, B, O, dan AB, hanya golongan darah terakhir yang paling langka. Ardi mencari bantuan darah. Sejumlah teman-teman dihubungi, anak-anak Sulawesi yang ada di asrama.

“Kebetulan darah saya sama, AB, dan dengan tulus siap membantu. Saya sendiri tidak tahu siapa yang membutuhkan, sampai tiba dirumah sakit. Saat transfuse itulah saya baru tahu bahwa itu dia,” tutur Suryadin.

Setahun setelah kecelakaan, kedua lawan yang menjadi kawan ini pun kembali ke Sulawesi. Saat itulah, hasil penelusuran pihak keluarga akhirnya diketahui keduanya ternyata masih memiliki hubungan sepupu jauh. Ardi sendiri berprofesi menjadi lurah di kampung halamannya.

Mendengar kisah keduanya, bukan hanya pertemuan itu yang menarik. Namun ada hikmah yang bisa dipetik dari kasus itu. Data keberadaan pemilik golongan darah sangat berguna bagi siapa saja, bahkan mereka yang mungkin bermusuhan.

Imam Maulana, Ketua Komunitas AB – sebuah komunitas berisi orang-orang yang memiliki golongan darah AB – mengatakan dari 100 orang, hanya ada satu yang memiliki golongan darah AB. Apalagi, AB dengan rhesus negative jumlahnya sangat sedikit.

“Karena itulah kami membentuk komunitas. Tujuannya untuk mempermudah jika ada orang yang memerlukan darah kami.” Ujar Imam di sela-sela ulang tahun pertama Komunitas AB di gedung Bank BNI,Yogyakarta.
Hingga kini telah ada sekitar 350 orang yang bergabung dalam komunitas ini. Mereka berasal dari sejumlah kota, seperti Jakarta, Purworejo, Kebumen, Klaten, Yogyakarta dan Jepara. Para anggota juga siap dihubungi apabila ada orang yang membutuhkan.

Ada sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas AB. Salah satunya menyosialisasikan kepada masyarakat akan pentingya golongan darah AB. Dengan begitu, mereka yang memerlukan tidak harus bekerja keras untuk mencarinya.

Sumber  : Kompas Yogyakarta, Senin, 25 Mei 2009

Post a Comment for "KETIKA MUSUH BERUBAH MENJADI SAUDARA"