Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MENGATASI ULAT BULU


ULAT BULU akhirnya merambah Yogyakarta, sebagaimana diberitakan Kedaulatan Rakyat  ( Kamis, 14 April 2011). Tidak tanggung-tanggun, Kota Yogyakarta, Bantul dan Sleman diserang sekaligus. Di Kota Yogyakarta, ulat bulu ini terlihat di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Dongkelan Yogyakarta. Di Sleman, ulat bulu mulai terlihat di Ambarketawang, Gampung dan Moyudan. Sementara di Bantul, muncul di Dusun Cepor Lor Palbapan.

Ulat Bulu menyerang Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Tercatat kota-kota seperti Mojokerto, Probolinggo, Bojonegoro, Bekasi, Kuningan, Sumedang hingga Denpasar kewalahan menghadapi Ulat Bulu ini. Secara swadaya masyarakat berusaha mengatasinya dengan mengupulkan ulat tersebut lalu dibakar.  Selain berada di batang pohon, ulat bulu berukuran rata-rata 3-5 cm itu juga merayap ke dinding tembok rumah bahkan sampai di teras rumah dan dapur warga. Uniknya, dibeberapa daerah jenis ulat bulu yang bermunculan juga genus yang berbeda. di Mojokerto dan Bojonegoro serta Kuningan ulat bulu diidentifikasi dari jenis Arctornis submarginata, di Probolinggo jenis  Dasychira Inclusa, sementara di Sumedang adalah jenis Arctornis Submarginata.

Banyak spekulasi yang muncul tentang penyebab munculnya wabah ulat bulu ini. Jose Rizal Jurnalis, Ketua Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), mengungkapkan bahwa pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia juga pernah mengalami serangan biologis. “Zaman Pak Harto, pernah ada padi antihama wereng, ternyata memang ada dan wereng itu bisa merusak padi,” (okezone, Senin, 11-4-2011). Sementara, Aunu Rauf. Peneliti Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), menampik dugaan jika wabah ulat bulu tersebut merupakan bagian dari bioteror atau serangan biologis. Pendapat ini dibenarkan oleh Menteri Pertanian Suswono, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/4/2011). Suswono, menegaskan wabah ulat bulu yang terjadi di Indonesia adalah fenomena alam.

Fenomena ini menunjukkan pada kita, rusaknya ekosistem alam  pasti akan mengakibatkan efek yang buruk. Serangan ulat bulu ini salah satu contohnya. Wabah ulat bulu menjadi meledak karena hewan-hewan predator-nya seperti burung-burung sangat kurang. Ulat bulu dalam rantai makanan alam adalah makanan dari burung, kadal dan semut rang-rang. Sayang, rantai makanan itu terputus akibat ulah manusia, serta faktor alam sendiri. Perburuan burung-burung dan telur rang-rang (kroto) yang berlebihan oleh manusia, membuat berbagai jenis burung hingga semut rang-rang menjadi langka. Belum lagi faktor alam seperti cuaca dan iklim yang tidak stabil, juga bencana alam seperti letusan Gunung Merapi dan Bromo. Lereng Gunung Merapi dan Bromo sebagai habitat para pemangsa ulat bulu serta ulat bulu itu sendiri kini rusak. Akibatnya, hewan-hewan ini bermigrasi mencari tempat yang menyediakan tempat “bermukim” bagi mereka. Termasuk bagi ulat bulu yang hanya butuh pepohonan, tempat mereka menitipkan telurnya pada celah-celah pohon. Pakar Lingkungan Universitas Brawijaya, Malang, Totok Himawan mengatakan, meledaknya  serangan ulut bulut ini juga dikarenakan makin dekatnya masa evolusi ulat, yakni bulan Mei dan Juni.

Khusus untuk didaerah Probolinggo, ulat bulu ini pernah pula mewabah pada tahun 1936. Serupa dengan kejadian saat ini, kala itu ulat bulu juga meyerang tanaman mangga. Dinas Pertanian (Distan) Jatim menyimpulkan, ulat bulu tersebut berasal dari induk kupu-kupu yang melakukan migrasi dari daerah lain. Ulat bulu memilih Probolinggo karena cuacanya yang lembab, sehingga memudahkan kupu-kupu bertelur dan melakukan metamorfosis. Selain dari telur induk kupu-kupu, ulat bulu ini juga berasal dari telur genus Arctonis sp (ngengat bersayap dengan warna pucat) dan Lymantria sp (ngengat bersayap dengan warna coklat bergaris),, sebangsa ngengat yang memang doyan menyedot sari-sari tanaman dan buah.
Lalu bagaimana cara mengatasi ulat bulu yang sudah terlanjur mewabah ini. Paling sederhana adalah dengan cara mengumpulkan ular bulu tersebut lalu dibakar dan dikubur. Sementara ulut bulu yang bertengger dipuncak dan dahan pohon serta di tembok rumah dibakar dengan bantuan suluh dari daun kelapa, obor bambu. Dibeberapa daerah, ulat bulu dibasmi dengan penyemperotan pestisida. Seperti yang dilakukan oleh Balai Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Daerah Istimewa Yogyakarta. Pestisida yang digunakan adalah Curacron dengan dosis penyemperotan 1 liter Curacron dicampur dengan 500 liter air.

Tak hanya dari kota Yogyakarta, berbagai alternatif penaggulangan wabah ulat bulu ini juga muncul dari kota lainnya. Dari kota Malang, sebagaimana disampaikan oleh Doktor Maftucah, Wakil Direktur Penelitian Bio Teknologi Doktor Maftucah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka telah berhasil menemukan formula kimia untuk membasmi ulat bulut tersebut. Bakteri bacillus thuriniensis yang banyak terdapat didalam tanah terbukti memiliki gen yang mampu menghasilkan racun, dengan kemampuan merusak usus ulat bulu. Selanjutnya gen tersebut diolah menjadi bio pestisida yang dapat ditanamkan atau disemprotkan pada bibit tanaman. Bio pestisida ini selanjutnya akan bersenyawa dengan protein tanaman tersebut. Ketika tanaman dimakan oleh ulat bulu, maka senyawa tadi langsung merusak usus ulat bulu, dan akhirnya mati. Uji coba ini terbukti ampuh pada ulat penggerek padi. Sementara penyemprotan terhadap ulat bulu yang saat ini sudah mewabah, masih memerlukan uji lapangan.
Dari Kota Porbolinggo, lewat Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kota Probolinggo, A. Yudha Sunantya, (vivanews, Rabu 13 April 2011), menawarkan alternatif lain yang lebih murah daripada penyemprotan pestisida. Mereka memanfaatkan jamur Beauveria Bassiana (BB), yang dibiakkan dengan media tanam air bekas (limbah) cucian beras (Jawa: leri) atau air kelapa. Jamur BB sendiri akan bekerja secara entomopatogen,  menimbulkan penyakit pada serangga. Caranya, air leri dan air kelapa diendapkan selama 1-3 jam, lebih bagus lagi hingga 7 hari.  Bio Insektisida itu kemudian disemprotkan pada ulat bulu. Dalam tiga hari, ulat Bulu yang terkena semprotan tadi selanjutnya akan mengeras seperti dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Di Eropa, jamur BB ini telah terbukti khasiatnya. Abad XVI-XVII, di Italia dan Prancis terjadi kasus kematian ulat-ulat Sutera yang berakibat turunnya produksi sutera di kedua negera tersebut. Adalah bakteriologis Agostino Bassi (1773-1856), yang berhasil menemukan dan mengenalkan formula jamur BB ini.
Dampak ulat bulu terhadap manusia sendiri belum terditeksi, selain rasa jijik dan rasa gatal. Selain karena bersetuhan langsung, bulu-bulu harlus ulat bulu yang rontok dan beterbangan lalu hingga dikulit manusia, dipastikan akan menyebabkan rasa gatal sekali terkena, kulit akan gatal, bengkak, bahkan menghitam jika digaruk.  Jika anda terpapar rasa gatal akibat ulat bulu, segaralah oleh bedak anti gatal pada tubuh anda. Terhadap dampak rasa gatal yang ditimbulkan oleh ulat bulu. Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam seminar Perumahsakitan dan Surabaya Hospital Expo VII, di Hotel JW Marriott Surabaya, Rabu, 13 April 2011. Menegaskan, masyarakat yang menderita gatal-gatal bisa mendapatkan perawatan gratis di Puskesmas hingga Rumah Sakit. 

Post a Comment for "MENGATASI ULAT BULU"