Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGUNJUNG MUSEUM PERJUANGAN YOGYA HANYA SATU ORANG PER HARI

Keberadaan museum sebagai tempat penting untuk melihat perjalanan sejarah, ternyata tak diminati masyarakat. Harga tiket masuk sangat murah pun tak berpengaruh besar terhadap minat mengunjungi museum.

Museum Perjuangan Yogyakarta menjadi salah satu contoh museum yang tak diminati warga, alias sangat sepi pengunjung. Jumlah rata-rata pengunjung museum bertarif masuk Rp 2.000 ini hanya sekitar 400 orang per tahun, atau seorang pengunjung setiap hari.

Kondisi itu membuat prihatin Pioner Sahabat Museum Kota Yogyakarta, Suryadin Laoddang. Seusai pembukaan Museum Perjuangan Expo, di Museum Perjuangan Yogyakarta, Kamis (19/4), ia menilai sangat ironis bahwa penghargaan kepada museum dianggap tak lebih berharga ketimbang toilet.

"Kalau kita lihat dari harga tiketnya saja, rasanya museum tak lebih berharga dibanding toilet. Untuk ke toilet saja kita harus membayar Rp 1.000, sedangkan karcis museum di Yogyakarta masih banyak yang sama (Rp 1.000, Red), bahkan ada yang di bawah harga masuk toilet demi memberi diskon ke pengunjung supaya lebih diminati," tuturnya.

Pria yang akrab disapa Adin tersebut menuturkan, seharusnya ada pembenahan manajemen pengelolaan museum supaya lebih diminati pengunjung. "Pengelolaan, SDM (sumber deaya manusia, Red) pemandu harus dibenahi. Dengan begitu, meskipun harga tiket masuk agak mahal, tapi pengunjung tertarik dan bisa mempelajari apa yang ada di museum lebih detail," tegasnya.

Di saat minat perhatian dan minat masyarakat terhadap museum rendah, sebanyak 81 anggota Sahabat Museum Yogyakarta berusaha mempelajari satu persatu museum di DIY. Selain mengadakan tur ke museum setiap bulan, mereka juga melakukan penelitian dan membuat rekomendasi untuk museum yang dikunjungi.

Selain itu, demi menumbuhkan minat masyarakat untuk mencintai museum, mereka mengajak mahasiswa di perguruan tinggi ikut tur ke museum-museum. "Kami pernah mengajak 20 anak asrama, tapi yang tertarik cuma dua orang," keluh Adin.
 
Ia merinci, jumlah museum di DIYsebanyak 31 buah. Jumlah ini bisa dikatakan banyak untuk sebuah daerah. "Kami sendiri baru terbentuk April 2011 lalu atas petunjuk wali kota Yogyakarta dan Badan Musyawarah Musea (Baramus, Red). Kami ingin museum tak hanya menarik dikunjungi tapi kami juga bisa menyumbang rekomendasi dan perspektif bagi perkembangan museum," katanya.

Secara terpisah di tempat sama, Kepala Museum Benteng Vredeburg, Sri Ediningsih, menjelaskan, untuk emperingati Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei, pihaknya menggelar Museum Perjuangan Expo, 19 Mei-22 Mei 2011. Tujuan pameran selama tiga hari tersebut, antara lain, menggugah generasi muda agar tak kehilangan roh akan identitas dan jati diri bangsa.

Museum Perjuangan Yogyakarta merupakan bangunan monumental untuk mengenang setengah abad kebangkitan nasional di Indonesia tahun 1958. Museum yang digagas Sri Sultan Hamengkubuwono IX ini berisi benda-benda bersejarah perjuangan bangsa Indonesia, dan diharapkan menjadi jendela untuk mengenal dan memahami jati diri bangsa.

Saat ini jumlah pengunjung Museum Perjuangan rata-rata hanya sekitar 400 orang per tahun.

Harga tiket Rp 2.000 per orang. Sedangkan untuk rombongan, museum memberi diskon separoh harga. "Target tiga hari ini kami ingin mencapai 2.000 pengunjung," jelasnya.

=====================================================

Pengunjung Museum Perjuangan Yogya Hanya Satu Orang Per Hari
Tribun Jateng - Sabtu, 21 Mei 2011 07:34 WIB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rina Eviana


TRIBUNJATENG .COM, YOGYA -
Editor : dahlan

Post a Comment for "PENGUNJUNG MUSEUM PERJUANGAN YOGYA HANYA SATU ORANG PER HARI"