Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan Pepatah Makassar; Sastra Klasik Makassar Bagian 2



Anda bebas menyalin dan menyebarkan tulisan ini, semua demi pembelajaran bersama.


6. Inrang kana bayarak kana, inrang cerak bayarak cerak.

Artinya: “utang kata dibayar kata, utang darah dibayar dengan darah pula”. Gambaran sekaligus nasihat, bagaimana orang harus pandai membalas segala sesuatu dengan setimpal. Di samping itu juga mencerminkan sikap hidup orang Makassar, di mana ketika memperoleh kebaikan juga akan membalas dengan kebaikan, namun jika disakiti mereka pun juga akan membalasnya dengan tindakan yang sama.

7. Jeneka cinik ia tonja nanaik ia tonja nanaung.

Artinya: “lihatlah air ada saatnya pasang, ada saatnya surut”. Peribahasa yang berisi nasihat, bahwa kehidupan manusia akan senantiasa mengalami pasang surut silih berganti. Ada kalanya kecukupan, ada kalanya kekurangan. Sekali waktu merasakan senang, lain kali kesusahan, dan semua itu merupakan dinamika yang harus diwaspadai.

8. Kakbiliki riolong kalenmu napunna pakrisik, pakrisik tonji antu ri taua.


Artinya: “cubitlah dirimu lebih dahulu, jika kamu merasa sakit, orang lain pun demikian pula”. Merupakan nasihat, agar sebelum berbuat sesuatu perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya. Jika perbuatan tersebut membawa kebaikan segeralah dilaksanakan, tetapi jika hasilnya mungkin buruk janganlah dikerjakan. Apalagi kalau menyangkut orang lain.

9. Kammai tau tallantea palak bangkenna ri buttaya.

Artinya: “bagaikan orang yang tidak rapat telapak kakinya di tanah.” Gambaran terhadap orang yang sangat cepat jalannya karena harus menyelesaikan suatu urusan penting dan mendesak, atau karena ketakutan.

10. Kontunna possok kala lempeka.

Artinya: “biarlah hancur (patah) daripada bengkok”. Semboyan yang menunjukkan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup. Apabila keputusaan sudah diambil, apapun yang terjadi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Post a Comment for "Kumpulan Pepatah Makassar; Sastra Klasik Makassar Bagian 2"