Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MC BERBAHASA BUGIS KIAN DIMINATI DI JAWA-SUMATERA

Yogyakarta, Inspirasi-usaha.com: Mana mungkin bisa eksis menjadi seorang master of ceremony (MC) spesialis berbahasa Bugis di Tanah Jawa? Tapi, itulah kekuatan ide yang tidak “lazim”. Meski awalnya banyak yang meragukan ‘pangsa pasarnya”, namun faktanya, langkah “nekat” pria Bugis bernama Suryadin Laoddang yang menetap di Yogyakarta ini kini sudah merambah Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, hingga beberapa kota di Sumatra.

Yuni (35) seorang Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta tak kuasa menahan air matanya saat menghadiri resepsi pernikahan bernuansa adat Bugis di Auditorium Universitas Pembangunan Negara Yogyakarta, 9 Juni 2012 lalu. Saat mempelai menjejakkan kaki di teras gedung, tiba-tiba terdengarlah rapalan-rapalan doa yang dikenalinya sebagainya doa sakral dalam bahasa Bugis klasik dan telah puluhan tahun tak didengarnya.

Belum hilang rasa gamangnya, lafal-lafal sakral itu tiba-tiba ditimpali dengan irama musik klasik khas tanah Bugis. Melengkinglah suara pui-pui, suling, seirama dengan hentak suara gendang dalam irama musik pakkanjara’. “Bee, kembaliki sumange’ku Ndi. Lamanya baru kudapat beginian lagiE, bahkan di tanah Sulawesi pun sudah susahmi,” tutur perempuan  berjilbab ini dalam bahasa Indonesia khas Makassar.

Hayati  dari INSPIRASI USAHA juga hadir di arena tersebut sebagai tamu undangan. Setelah ngobrol sana-sini, ternyata pihak mempelai perempuan memang sengaja menghadirkan nuansa adat Bugis dan memadukannnya dengan adat Jawa. Mengingat ayah sang mempelai berdarah Bugis, sedangkan ibu Jawa.

Dalam setiap panduannya, MC selalu melafalkan beberapa kosa kata Bugis yang terdengar klasik, dengan tata bahasa yang halus lalu diikuti dengan terjemahan bahasa Indonesia.

“Sengaja kami campur dua bahasa ini, agar para tamu juga paham akan makna dari acara itu. Mulai dari makna dan filosofi warna baju yang dipakai mempelai, makna ornament dan alat-alat lainnya. Anggaplah ini perkenalan budaya Bugis di tanah Jawa,” tutur Suryadin Laoddang sang MC di sela-sela rehatnya.

Profesi MC adat Bugis telah dijalani pria yang akrab disapa Adin ini sejak tahun tahun 2000. Ia belajar secara otodidak. Semua berawal dari “kejengkelannya” melihat betapa indahnya bahasa Jawa dan Sunda menjadi bahasa pengantar MC.

“Kalau bahasa Jawa dan Sunda bisa, kenapa bahasa Bugis tidak” pikirnya kala itu. Maka sejak itulah ia mengumpulkan berbagai literatur dan catatan tentang detail pernikahan adat Bugis. Sambil mengumpulkan, ia juga melakukan studi banding, dengan mendatangi sekitar 80-an acara nikah adat Jawa dan Sunda di pulau Jawa. Dari situlah Adin belajar dan menemukan pakem cara dan tehnik MC nikahan adat yang pas. Mulai dari urutan acara, olah suara, olah gestur tubuh hingga pada pemilihan kata, yang ternyata sangat berbeda dengan acara-acara formal lainnya.

“Awalnya saya tidak pernah berpikir kalau MC seperti ini akan menjadi profesi saya. Maka saat itu saya rela tak dibayar, yang penting saya tampil dan bisa memperkenalkan budaya Bugis” Cerita ayah dari satu orang anak ini.

Untuk menghadirkan nuangsa Adat Bugis dalam setiap perhelatan, Adin kerap mengajak serta mitra kerjanya yang lain. “Kami ada mitra yang spesialis menyiapkan pakaian pengantin, tata rias, pelaminan. Adapula yang spesialis menyiapkan makanan khas Sulawesi Selatan. Ada pula yang spesialis musik dan tari-tarian. Bahkan ada juga mitra yang spesialis menyiapkan personil yang siap membantu sebagai perangkat acara seperti penerima buku tamu, pengiring mempelai dan lainnya.

Menurut budayawan Bugis ini, jika ditekuni dan diseriusi profesi MC berbahasa Bugis, maka akan memperolah penghasilan yang lumayan. Jika semua dapat diukur murni dengan tarif bisnis maka tarif MC saja sekitar Rp1 juta hingga Rp3 juta. Ini setara dengan tarif MC adat Jawa dan Sunda.

Untuk musik dan tari-tarian tarifnya minimal Rp2,5 juta. Sementara untuk kostum, rias dan pelaminan tarif paling murah Rp8 juta. “Kendalanya adalah kadang kita tidak memakai skala bisnis, melainkan harga kekeluargaan. Karena yang punya acara adalah keluarga sendiri," ujarnya.

Jika memang lagi musim nikahan, dalam satu musim Adin bersama mitra kerja minimal mendapatkan orderan sebanyak dua kali. Sejauh ini Adin sendiri sudah pernah dipercaya menjadi MC nikahan adat diberbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Purwokerto, Solo, Boyolali, Semarang, Malang, Cilacap, Surabaya hingga ke Batam.

Ke depan, Adin bercita-cita akan membuka kursus MC Adat Bugis Makassar di Yogyakarta dan Makassar.(RIN)

Reportase ini telah tayang di Majalah Inspirasi Usaha Edisi Juli 2012 dan www.inspirasi-usaha.com, 30-8-2012

*****

3 comments for "MC BERBAHASA BUGIS KIAN DIMINATI DI JAWA-SUMATERA"

  1. Membacanya saja na sumanga' sekali kurasa. Parellu ilestarikan... :)

    ReplyDelete
  2. Perlu dilestarikan, tanpa melupakan pesan TUNRUNG PAKANJARA.

    ReplyDelete
  3. Tongeng tu sappo... biar kita yg muda2 ini tau bagaimna adat bugis yg sebenarnya.. lestarikan

    ReplyDelete