Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Diaspora Bugis Makassar di Pulau Jawa; Bagian 2



DIASPORA BUGIS-MAKASSAR DI PULAU JAWA
Menilik sejarah dan peradaban orang Bugis-Makassar di Pulau Jawa
Oleh : Suryadin Laoddang



Bagian 2 dari 7 Bagian

Pasukan Makassar dan Pasukan Madura


Pasca menguasai Pajarakan dan Demung, kendali pasukan Makasssar berada dalam kendali Karaeng Galesong IV. Berturut-turut ia berhasil menaklukkan daerah Kediri ke Timur hingga Praba Linggo (sekarang Probolinggo) serta Blambangan (sekarang Banyuwangi). Disinipulalah, pada tahun 1675 karaeng Galesong bertemu dengan Trunojoyo. Dalam Babad Tanah Jawi[1] sebagaimana dikutip oleh Paeni (2008) diceritakan bahwa

“Pada waktu itu Raden Truna Jaya baru datang dari Demung untuk bertemu dengan Daeng Galesong, sepakat akan membantu membedah Mataram. …”

Sementara dalam sejarah masyarakat Madura sebagaimana dikutip oleh Hentihu (2008)[2] disebutkan bahwa;

“...., pun ia (Trunodjojo, pen.) mendapatkan bantuan dari orang-orang Makassar yang dicerai-beraikan oleh Compagnie Belanda di dalam tahun 1676 M. Pemimpin-pemimpin orang Makassar yaitu : Kraeng Galisong, Basungmernung, Panji Karonuban, Daeng Malincing, Daeng Wigenie, Daeng Marewo dengan beberapa ribu pula dari rakyatnya”

Untuk menjalin hubungan yang lebih erat, Trunajaya menikahkan kemanakannya yang bernama Potre Koneng[3] untuk menjadi istri Karaeng Galesong. Dengan semakin kuat balatentara tersebut maka perlawanan terhadap Raja Mataram Susuhuna Amangkurat I semakin menjadi. Kongsi pasukan Galesong dan Trunojoyo berturut berhasil menguasai empat pelabuhan di timur Jawa, masing-masing Pasuruan (Pasuruan), Pajarakan (Probolinggo), Gombong (Porong), dan Gerongan (Probolinggo).

Setelah berhasil merebut keempat pelabuhan ini, pasukan Makassar-Madura ini bergerak menyerang daerah utara dan barat Surabaya. Daerah yang diserang pertama kali adalah Gresik. Pasukan Makassar-Madura berhasil merebut dan membakar Gresik. Panglima perang yang turut dalam merebut Gresik diantaranya; Karaeng Galesong, Karaeng Bonto Marannu, Karaeng Panarangan, Daeng Mammangung, Daeng Manggappa, Daeng Lomo Tibon. Setelah Gresik[4], Surabaya juga direbut, peperangan merebut Surabaya lebih mudah dikarenakan Surabaya saat itu sudah hampir kosong ditinggal penduduk yang melarikan diri setelah mendengan bahwa Gresik telah direbut pasukan Makassar-Madura. Kemenangan demi kemenangan yang diraih pasukan Makassar-Madura ini juga menyebar di pesisir utara pulau Jawa terutama di Jepara, tak ayal orang-orang kebingungan dan banyak orang yang mulai mengemas harta benda mereka, sebagai persiapan untuk mengungsi.

Sebelum pertemuan dengan Karaeng Galesong, pada tahun 1671 – 1672 Trunojoyo sendiri telah membangun persekongkolan dengan Adipati Anom, putra mahkota kerajaan Matara. Persekongkolan inilah yang mengantar Trunojoyo menguasai Madura melanjutkan kembali tahta ayahnya, Cakraningrat I yang sempat diambil alih oleh paman Trunojoyo sendiri. Cakraningrat II. Status Madura sejak kepemimpinan ayahnya berada di bawah pemerintahan kerajaan Mataram, bahkan Cakraningrat I sendiri lebih sering tinggal di Mataram dibandingkan di Madura. Trunojoyo sendiri (disebutkan) dibesarkan dalam lingkungan istana.

[1] W.L. Olthof (1941), diterjemahkan oleh H.R. Sumarsono, Babad Tanah Jawi, Jogyakarta: Narasi, 2008.

[2] Makalah disampaikan dalam Seminar Festival Saudagar Bugis Makassar dalam Dialog Budaya Internasional Kemelayuan di Indonesia Timur, pada tanggal 12 – 13 Oktober 2008 di Hotel Sahid Jaya Makassar.

[3] Versi lain mengatakan ia justru Putri dari Truno Joyo sendiri yang bernama Suratna, pernikahan ini berlangsung pada Desember 1675. (Kompas, 16 Januari 2009)

[4] Serangan terhadap dilakukan dua kali setelah serangan pertama gagal, karena militansi orang Gresik yang sangat setia pada kerajaan Mataram. Setelah laskar Makassar-Madura mundur dan menyusun kembali kekuatan di pulau Madura pada serangan kedua, upaya tersebut berhasil. Bahkan sekaligus menguasai Surabaya dan merebut Pelabuhan Jaratan, pelabuhan besar di Gresik.

1 comment for "Diaspora Bugis Makassar di Pulau Jawa; Bagian 2"

  1. Benar2 keren ini artikelnya... penuh sejarah yang baru saya tahu!

    Lanjutkan terus menulisnya ya bang...


    terimakasih
    salam dari Bandung

    ReplyDelete