Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mercu Buana Yogyakarta Go Open Source


Hingga hari ini, Indonesia masih menduduki peringkat “terbaik” dalam rangking negara dengan pembajakan hak cipta. Dalam siaran pers United States Trade Representative beberapa waktu lalu, Indonesia bersama 12 negara lain berada dalam priority watch list, peringkat tertinggi pelanggaran hak cipta. Negara lain yang masuk daftar ini adalah Aljazair, Argentina, Kanada, Ciles, Cina, India, Israel, Pakistan, Rusia, Thailand, Ukraina dan Venezuela. Dalam Kongres Memerangi Pembajakan dan Pemalsuan di Istambul, Turki, Kamis, 24 April 2013. Terungkap kerugian dar pemalsuan dan pelanggaran hak cipta mencapai US$ 1 triliun ditambah hilangnya kesempatan kerja bagi 2 juta orang. "Itulah biaya mahal yang harus kita hadapi akibat pembajakan hak cipta intelektual dan pemalsuan," kata Sekretaris Jendral Interpol, Ronald K Noble.



Berangkat dari keprihatinan inilah, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Tehnik Informasi (FTI) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY)menyelenggarakan seminar sehari dengan tema “Open Source Day” pada tanggal 18 Mei 2013 bertempat di Ruang Seminar Kampus II Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Jl Jembatan Merah 84 C Gejayan Condong Catur Yogyakarta. Seminar yang diikut oleh peserta dari mahasiswa UMBY dan kampus lainnya ini, menghadirkan pembicara Agus Sidiq Purnomo, M.Eg dan Komunitas Indonesia Go Open Source (Igos), seminar ini mengupas tantangan dan peluang software komputer open source di Indonesia.

Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama.


Selaku pembicara utama Agus Sidiq Purnomo yang juga adalah dosen UMBY memaparkan Aplikasi open source adalah program komputer yang lisensinya memberi kebebasan kepada pengguna dalam menjalankan program tersebut untuk apa saja, mempelajari dan memodifikasi program tersebut, lalu mendistribusikan hingga penggandaan program asli atau yang sudah dimodifikasi tanpa harus membayar royalti kepada pembuat sebelumnya. Sehingga jika para pembuat aplikasi dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah perangkat lunak tersebut, maka perangkat lunak itu akan berkembang. Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama. Sementara kampus UMBY sendiri telah menggunakan tehnologi Open Source sejak 2011 lewat program bertajuk Mercu Buana Yogyakarta Go Open Source yang disingkat My OS.


Sementara Arif Pranoto dan Ibnu Yahya mewakili komunitas IGOS dengan lugas melakukan demo berbagai aplikasi yang bersifat open source karya anak Indonesia seperti Sistem Operasi, Software Aplikasi dan Software yang kualitas dan kehandalannya setera dengan aplikasi keluaran perusahan software sekelas Microsoft (Windows). IGOS sendiri adalah sebuah komunitas yang berisi para relawan pengembang/kontributor tehnologi open source dan telah mendapat dukungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).


Mewakili dekan FTI, Indah Susilowati, M.Eg selaku wakil dekan FTI menyampaikan harapannya agar seminar ini mampu mengajak masyarakat terutam mahasiswa untuk berperan aktif dalam mengurangi angka pembajakan hak cipta di Indonesia. Dengan demikian itu akan membanggakan Indonesia dan memperbaiki citra Indonesia sendiri. Sementara Ketua Program Studi Sistem Informasi FTI UMBY dengan berkelakar dalam seminar tersebut mengatakan “kalau ada yang gratis kenapa harus repot beli yang berbayar, makanya ayo pake tehknologi open source”. Seminar ditutup dengan pembagian puluhan door prize bagi para peserta.


=================
Oleh : Suryadin Laoddang / Mahasiswa Prodi Sistem Informasi