Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan Pepatah Makassar; Sastra Klasik Makassar Bagian 4


16. Naalleammi tallanga na toalia.

Artinya: “dia pilih tenggelam daripada surut kembali”. Gambaran dari sikap orang Makassar yang pantang menyerah terhadap hambatan dan tantangan yang dihadapi sebelum terwujud apa yang dicita-citakan.

17. Napiraknyuki pole bebena.

Artinya: “dia mencuci muka dengan air liur sendiri”. Ungkapan yang ditujukan pada orang yang berusaha menutupi (mengingkari) kesalahan, akan tetapi tanpa disadari perbuatan tersebut justru akan semakin menambah malu dan memperbesar kesalahnnya saja.

18. Olok-oloka lagi na niak tonja paccena.
Artinya: “sedangkan hewan punya rasa iba”. Sebagai sindiran terhadap orang yang tidak memiliki rasa iba (kasihan) kepada sesama manusia, terutama pada sanak keluarganya sendiri. Ada juga peribahasa lain yang artinya mirip dengan peribahasa di atas, yaitu: Niak tonja antu paccena punna pacce naekbak lading. Artinya: “ada juga pedihnya, tetapi pedih karena teriris pisau”.

19. Otak minnyak otakna teai otak bayao.
Artinya: “otaknya otak minyak bukan otak telur”. Ungkapan yang ditujukan kepada orang pintar. Diibaratkan otaknya seperti minyak, apabila panas atau dipanaskan (menemukan masalah) akan mencair. Berbeda dengan mereka yang memiliki otak seperti telur, jika dipanaskan justru akan mengental atau membeku (tidak berkembang/tak mampu berpikir dengan baik).

20. Paempoi gaukmu siagang ampe-ampemu ri adaka siagang ri saraka.
Artinya: “dudukkan perbuatan dan akhlakmu pada adat dan agama”. Menurut adat orang Makassar, setiap perbuatan dan akhlak harus serasi dan sejalan dengan ketentuan adat dan ajaran agama (Islam).

3 comments for "Kumpulan Pepatah Makassar; Sastra Klasik Makassar Bagian 4"