Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ANAKKU MENANG TELAK

Ini cerita tentang anakku yang super iseng bin usil. Tepat diakhir tahun 2012 kemarin, serangkaian ulahnya bikin kami keki, gemes bin gondok.

Mungkin karena dua minggu ini jagoanku kami sedang libur sekolah, waktu banyak dihabiskan dirumah dan kekurangan teman bermain, maka jagoanku ini melakukan serangkaian ulah baru, ulang yang tidak lazim ia lakukan selama ini. Mungkin ia berpikir saatnya berpikir dan bertindak “out the box”. Dan inilah rangkaian ulah isengnya tersebut (berdasarkan cerita Bundanya)

Pagi sekitar jam 07.30, Rafi (nama jagoanku) masuk dan mengambil tapisan santan kelapa milik bundanya. Tapisan itu dibawanya keluar rumah. Saat melewati ruang tengah dan ditegur bundanya. Rafi sedikit cuek menjawab “buat tapis-tapis bunda”. Bundanya jadi diam. Mungkin untuk menapis pasir, pikir bundanya.

Bundanya meneruskan aktifitas menjahitnya. Sementara Rafi, telah asik berkubang di got depan rumah, mencoba menangkap kepiting dan ikan-ikan kecil yang terdampar disudut got irigasi sawah yang berair agak jernih itu. Lumayan, konon Rafi mendapatkan seekor kepiting dan 12 ekor ikan kecil (ikan kopra kata orang Bugis). Namun efeknya setelah itu, bundanya jadi repot sendir karena tapisannya telah penuh kotoran got. Skor 1-0.

Saat matahari hendak tergelincir dari titik puncaknya, Rafi kembali berulah. Jelang azan Dzuhur, bundanya telah selesai memasak untuk hidangan makan siang kami sekeluarga (satu rumah ada kami bertiga, ada 2 orang pamannya dan 1 orang tantenya). Merasa masakannya sudah matang, bundanya pun beranjak untuk sedikit berleha-leha menonton siaran televisi. Rafi yang tadinya asik menonton film kartun, pamit pada bundanya dan bergerak ke kamar mandi untuk buang air kecil katanya. Lagi-lagi, bundanya tidak sadar kalau Rafi agak lama berada di kamar mandi yang bersisian dengan ruang dapur. Mungkin karena bundanya menganggap Rafi telah mandiri, sudah bisa berbersih diri pasca buang air.

Ternyata, Rafi lumayan cepat berbersih di kamar mandi. Setelahnya ia beranjak ke ruang dapur, lalu dibukanya panci berisi sayur bening yang baru saja dimasak bundanya. Panci itu masih terletak diatas kompor, juga masih mengepulkan asap. Entah belajar dari mana, kali ini Rafi berinisiatif membubuhkan garam dan merica bubuk kedalam panci sayuran tersebut. Huft, niatnya membantu bundanya tapi justru mengacaukan citarasa sayur bening tersebut.

Rampung dengan aktifitas ala Master Chef-nya (Master Srep dalam bahasa Rafi), Rafi bergerak masuk ke ruang tengah. Dengan polos berkata pada bundanya “bunda, sayurnya maknyuss tenan loh. Sudah Rafi kasih bumbu”. Bundanya? Diam. Gamang. Kehabisan kata. Tapi masih bisa mengambil keputusan, segera ke dapur. Menilik jejak Rafi. Akhirnya, siang itu Rafi mendapat ultimatum untuk segera masuk kamar dan tidur siang. Skor 2-0 untuk Rafi.

Tidur bagi Rafi bukan berarti ia berhenti berulah. Tetap saja ia berulah sesuka hati, sesuka pikiran kanak-kanaknya. Seperti sebelum-sebelumnya. Jika Rafi terlalu lelah bermain seharian, efeknya ia akan ngompol saat tidur. Dan benar saja, siang itu Rafi betul-betul ngompol. Dua lapis kasur yang kami sematkan di dipan kayu tembus sedemikian rupa, rembesannya pun tak kira-kira. Maka tambah gondoklah Bundanya. Namanya juga buah hati, darah daging sendir. Tetap saja bundanya tidak tega membiarkan anak pertama kami ini terlelap bermandikan air kencingnya sendiri.

Segera, Rafi dibopongnya ke kamar mandi dan dimandikannya. Kegiatan memandikan itu berlangsung hingga waktu shalat Azhar. Setelahnya, Rafi turut serta dengan omnya. Menuju Masjid dekat rumah, menunaikan shalat jamaah. 3-0 untuk Rafi.

Rupanya tak hanya di got, di dapur dan di kasur. Di masjid pun Rafi tetap berulah. Belum juga shalat jamaah di masjid bubar, rupanya Rafi memilih pulang terlebih dahulu, tidak menunggu omnya. Setibanya dirumah, ia membuka pintu sendiri seraya menyeru “Assalamu Alaikum, bunda Rafi pulang sendiri loh, hebat kan”, serunya bangga.

Seruan ini justru membuat bundanya gusar, langsung memeluk erat putra kami seraya bersyukur, anak kami tiba dirumah dengan selamat, tak kurang suatu apapun. Pengalaman Rafi hilang di pameran buku beberapa waktu lalu, maraknya kasus penculikan anak akhir-akhir ini serta banyaknya kendaraan lalu lalang di depan rumah kami adalah ketakutan yang beralasan. Itu juga alasan kami belum pernah membiarkan Rafi bermain diluar rumah tanpa pengawalan kami, meski itu bermain dengan teman-temannya sendiri, sesama anak tetangga di kampung kami. Trauma dengan kejadian tersebut, Rafi kembali mendapat ultimatum tak boleh keluar rumah hari itu. Jadilah Rafi hanya bermain didalam rumah hari itu. 4-0 untuk jagoan kami.

Rupanya Rafi tak jua bergeming dengan ulah usilnya, kali ini saat bundanya menyiapkan hidangan makan malam di dapur. Tantenya sedang menjahit, omnya sedang baca buku, Rafi juga asik bermain sendiri, bermain dengan gunting. Yang menjadi sasaran uji coba gunting ditangannya adalah rambutnya. Hasilnya, rambutnya menjadi belang-belang disana-sini. Lucunya Rafi tidak menyadari itu semua. Saat lewat depan bundaya, bundaya kembali bengong dan hysteria. Saat Rafi ditanya “Rafi, rambutnya kenapa kayak githu”. Rafi menjawab “Ada apa toh? Rambut gak papa kok, west toh, gak papa” ucapnya polos. 5-0 untuk Rafi kali ini.

Malam harinya, saat waktu kami serumah istirahat malam. Malam ini tidur kami agak berbeda, karena kasur yang telah diompoli Rafi belum juga kering. Terpaksa kami tidur diatas karpet ambal sebagai pelapis lapisan dasar kayu dipan kami. Saya terlelap lebih dahulu, entah jam berapa Rafi dan bundanya menyusul. Jam 02.00 WIB, saya akhirnya terjaga. Terjaga bukan karena apa-apa, tapi karena wajah tiba-tiba diguyur, yah diguyur air kencing Rafi.

Sudahlah, skor kemenangan Rafi sangat telak diakhir tahun ini. Akhir tahun yang memuaskan bagi Rafi, apes bagi kami. Ibarat laga Trefeo Berlusconi di Liga Italia, Juventus berhasil mempecundangi Inter dan Milan. Di rumah kami, Rafi berhasil mengerjai ayah dan bundanya.

Post a Comment for "ANAKKU MENANG TELAK"