Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SI CEREWET LAGI CEMBURU

SI CEREWET LAGI CEMBURU
Oleh : Suryadin Laoddang


photo : ngerumpi.com”Yang mana budaya kita? Karena budaya anda semua, cerminan budayaku juga”, Narasi penutup itu kubacakan dengan suara yang kian parau dah melemah. Tak sanggup menandingi gema lagu Anging Mammiri, lagu penutup pada drama Budaya “Antara Cinta, Ombak dan Siri’”.

Lagu pengobat rindu itu dinyanyikan secara koor oleh puluhan pemain drama ditambah ratusan penonton yang hadir dalam ruangan teater Taman Budaya Yogyakarta. Tak pelak, panggung itu penuh haru, ada yang terobati rasa rindunya, ada yang terharu karena pementasan mereka sukses. Ada juga yang terharu karena cintanya latto di atas panggung, cinta lokasi.

Disudut panggung, diatas altar narator dengan naskah setebal 63 halaman ditangan kanan, aku juga ikut terharu, rasa haru yang berbeda. Kuterharu melihat betapa adik-adikku, kaum muda yang dicap tak peduli budaya itu, sukses mementahkan cap “busuk” itu. Aku bangga pada adik-adikku, bangga pada sosok Faizal a.k.a Ichal sang sutradara. Puluhan nilai budaya Sulawesi Selatan sukses ia presentasikan dengan cantik.

Yah, cantik secantik ... “pakkkkk”, tiba-tiba pundak kananku terasa perih, sebuah tamparan mendarat di pundakku. Belum sempat kukenali pelakunya, ia sudah nyerocos “kak, kecewaka sama kita”. Rupanya si cerewet pelakunya.

“Jauh-jauhku itu datang  kak dari kontrakanku di Kaliurang atas, hanya untuk liatki pentas. Ternyata tidak pentaski”. Kecewaka kak sama kita, kecewa sekaaliiiii” cerocos si cerewet dengan nada segaja dipanjangkan pada bagian akhir kalimatnya.

“Kodong ndi, na tuawa maka. Biarkanmi adek-adek yang pentas, kakak cukup dibelakang to” terangku seraya membela diri.

“he he he kakak, untungna adaji suarata, bagus mentong suara ta kak, khas gampang dikenali” kali ini ia memujiku. “pasti ada maunya” dalam benakku

“Sebentar dulu” potongku sebelum si cerewet ngomyeng kiri-kanan. “bagaimana kabarnya calon suamimu? Apami juga jawabanmu atas pertanyaanku kemarin (baca notes si cerewet mau nikah)” Kini aku yang mencecar.

“Baik-baikji kak, beh itu pertanyaanta kak belumpi bisa kujawab, bingungka bela” Si cerewet kini telah duduk disampingku. Berdua kami menatap para pelakon dan narator drama lagi asik bernyanyi dan bergandeng pundak didepan kami.

“Kak, curhatka lagi. Bolehji to, edede tambah jengkelka kak sama calonku. Nabiking cemburuka bela, habiski waktuna sama pacar lamanya, saya kodong racci-racccinamamo” dasar cerewet, awalnya minta ijin, belum dapat ijin, dah nyerocos.

“Pacar lama?, dia punya pacar lain?, kurang ajarna itu! Mau kusunnat lagikah” huft, kali ini emosiku memuncak.

“Iya kak, nama pacarnya Eser. He he he, Desertasi maksudku kak” wajahnya berubah cengengesan, akupun jadi keki.

“tiap hari itu kak desertasinyaji terus naurus, kalo tidak mengetik dikamarna, keperpuski. Menjelkelkanna, lalu kapan ada waktu untukku?” ungkap si cerewet dengan ekspresi dibuat-buat. "kalo proteska kak, apa jawabannya? dinda, sematkan cinta itu dihatimu. maka aku kan datang mendekapmu, huekkssss puisimi lagi seng nakasi'ka"  lagi-lagi ekspresinya dibuat-buat.

“ooo, terjawab sudah. Itu berarti dirimu hanya mencintai caranya mencintaimu, bukan mencintai dia sepenuhnya. Kalo dinda mencintainya, seharus dinda dukung dia, minimal menemaninya mencari literatur. Dia berjuang selesaikan desertasinya pasti karena ingin segera melamurmu ndi” paparku, berusah membesarkan hati si cerewet.

“iya ya ya kak, aku yang egois. Tapi benar gak sih, dia yang terbaik untukku, aku kok ragu ya kak?” kali ini pertanyaannya membuatku macciling.

“pertanyaanmu salah ndi, bukan diakah yang terbaik untukku?. Seharusnya, kamukah yang terbaik untukknya?. Sudah ya ndi, kakak mau turun panggung, teman-temanku menunggu dibawah. Ok, nanti kalo ada apa-apa sms aja yah” ujarku sambil beranjak dari sampingnya.

Ahad, 17 Juli 2011, pukul 04.12 WIB
Dilayar HP bututku, sebuah sms masuk dari si cerewet.
Tombol “open” kutekan.
“Kak kitamo deh yang jadi suamiku”.

GUBRAKSSSSSSS!!!!!!

=============
Catatan :
Anging Mammiri, lagu tradisional Makassar
Latto (M): cintanya diterima
Ngomyeng (J): cerewet
Racci-raccinamo (M): Sisa-sisa
Macciling (B) : Geleng-geleng

Post a Comment for "SI CEREWET LAGI CEMBURU"