Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SI CEREWET INGIN PALENTAING

SI CEREWET INGIN PALENTAING

Diatas kasur empukku, 15 Februari 2012. 

Dini hari, mataku belum juga melek sempurna, lagi-lagi adik yang super menjengkelkan tapi selalu dirindu ini menyapaku lewat chat inbox di akun facebooknya. 

“Kak, kemarin to’ kutunggui up date statusta, ka pasti kita akan menulis sesuatu tentang valentine, pasti dengan pilihan kata yang tak terduga, tapi ternyata sampae tadi malam tidak ada bela, menyebalkan, kakak menyebalkan pokoknya”. Di chat inbox itu tertera angka 04.12, berarti sekitar 15 menit lalu Si Cerewet mengetikkkan ocehannya tersebut, dan kini ia sudah berstatus off line.

Kali ini tak ada inginku membalas ocehan Si Cerewet ini, tak ada gunanya rasanya. Tak juga ingin ku menasehati atau mengguruinya. Salah-salah nasehatku malah berakibat buruk, justru rasa ingin tahu dan coba-cobanya. Cukup susah menghadirkan dan memilih kata nasehat yang bijak di jaman yang serba gila seperti saat ini. Dulu, nasehat orang tua sangat ampuh membuat kami tak berani melanggarnya, kini berbalik. Saat masih kanak-kanak dulu, saat saya dan teman-teman sepermainan hendak mencuri buah jambu bijinya dan kami ketangkap basah, kakak kami hanya berujar “oh iya silahkan ambil nak” di ucapkan dengan nada bersahabat dan membolehkan malah. Tapi, kami malah urung melakukannya. Rasa malu karena ketahuan akan mencuri membuat kami mati kutu, lalu memilih mlipir (Bugis : Ninii) di samping sang kakek, dan dilanjutkan dengan berlari sekencang-kencangnya.

Sekarang coba ujarkan kata itu pada anak jaman sekarang, bukannya wajah mereka akan bersemu merah karena malu. Tapi justru akan riang gembira melanjutkan pesta panennya. Sama halnya dengan anak kami, saat saya menceritakan bagaimana bahayanya bermain dengan colokan listrik “ini gak boleh ya dek, nanti keseterum loh”. Hasilnya, “ooo, coba yah”, malah ia minta dibolehkan mencobanya. Di lain hari, saat kami lengah ia mencoba memasukkan jack head set ke colokan listrik, saat memegang bagian speakernya ia kelonjotan, kaget dan menangis.

Senada dengan nasehat “seks pra nikah itu, ibarat nikmat membawa sengsara”, sepintas kata ini menakuti dengan kata “sengsara”nya, tapi dalam ranah psikologi bukan kata “sengsara” itu yang tertanam dalam benak orang yang mendengarnya, melainkan kata “nikmat” jauh lebih menggoda untuk ditelusuri defenisi dan bentuknya. Tak puas mencari dan membacanya dari internet, kita akan bertanya kepada orang yang kita kenal baik dan punya “pengalaman”, bukannya terpuaskan malah makin penasaran, akhirnya sekalian aja di coba. Hasilnya akhirnya, nasehat itu justru jadi bumerang.

***
5 menit yang lalu, sebelum saya menulis catatan ini. Si Cerewet menyapaku lewat telpon. “Kak, kasih ide donk, tempat valentain yang asik di Jogja dan lain dari yang lain dimana yah?” cerocosnya.

“Ededeeee, kayak tong ABG mau tongngi palentaing” balasku dengan Bahasa Indonesia beraksen dan argot Makassar

“Valentain kakak, bukan palengtaing” protesnya.


“Heh, valentain itu bahasanya orang Inggris. Ka kita orang Indonesiaji, pakenya Palentaingmo saja” jelasku. 

Kata “palentaing” itu hanyalah rekaku semata, dijamin tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekedar ide liarku menggabungkan antar “okkots”nya orang Sunda yang susah mensebut huruf “F” yang diganti dengan “P” serta orang Makassar yang selalu memaksakan akhiran “NG” pada kata-kata yang berakhiran “N”, begitu pula sebaliknya. Salah satu pelakunya adalah saya sendiri.

“Akhhh, isseng ko deh kakak, kak Adin menyebalkan”, dan “tut” telpon itupun terputus. 

Sejenak saya terhenyak. Lalu, klik. Mengalunlah suara ringan nan merdunya Jayanthi Mandasri, lagu bertajuk “Di Puncak Bukit Hijau” :
Di bukit hijau kenangan pertamasaat-saat kita berduakau yang mempesonakau yang aku rinduucapkan kata cintamu untukku

gemercik air jatuh dipancurankicauan burung bersahutankau genggam tangankukau belai rambutkukau dekap aku mesra di dadamu

di puncak bukit hijautempat indah kita datang berjumpaharum wangi bunga beraneka warnaseakan menyambut cinta kita berdua
di puncak bukit hijautempat indah kita memadu cintaseia sekata tak akan berpisahcinta kita tetap sepanjang masa

ku sayang padamu....kau sayang padaku...di bukit yang hijau...cinta kita bersemi...

Post a Comment for "SI CEREWET INGIN PALENTAING"