Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PEREMPUAN PENUH PESONA ITU...

Hempasku! 


Sekejap melepas penatku sore ini. Tak hanya buntalan daging empuk yang terhempas, ransel hitamkupun juga kuhempaskan. Andai ia mahluk hidup tentu ia protes. Tapi sudahlah, toh hempasan terasa melegakan.

Menjelang Magrib, di sebuah warung makan. Kupilih meja bernomor dua, paling dekat dengan para pelayan dan kasir. Demi mengendurkan urat leherku, kuhentakkan sekali ke kanan, sekali ke kiri, sekali ke belakang dan tengadah. Paska tengadah, pelang kuturungkan kembali wajah menatap ke depan. Ups, searah jam dua belas. Sesungging senyum menyapaku. Tak berani gede rasa, senyum itu tak kubalas. Tak ada siapapun dibelakangku, lalu senyum itu untuk siapa? Senyum yang sengaja dilempar ke seseorang tentu beda dengan senyum karena geli atau karena sakit jiwa. Lagi-lagi, untuk siapa senyum itu?, batinku.

Nasi dan lauk pesananku datang. Ini bisa kujadikan pengalih rasa grogiku ditengah tatapan perempuan paruh baya itu. Mengenakan blazer warna biru, perempuan itu sungguh anggun dimataku. Rambutnya masih hitam dan lebat, tertata rapi, khas para teller sebuah bank swasta terkenal di negeri ini. Di lehernya masih teruntai selembar syal model scrab bermotif bunga tapak dara. Sungguh mempesona, terlebih ditambah dengan senyum manis ketiganya yang dikirimkan kearahku. Entah untukku, entah untuk yang lain, entahlah.

Tak terasa hidangan didepanku telah habis, saat kuteguk minuman jeruk hangatku. Lewat ujung mataku kulihat perempuan penuh pesona itu beranjak menuju wastafel. Tentu ingin cuci tangan. Tak mau kehilangan moment, saya turut beranjak ke wastafel itu, berdiri tepat disampingnya, berharap ia menyapa. Ternyata tidak, ia acuh meninggalkanku. 

Sudahlah, berarti senyum itu bukan untukku, simpulanku.

Tak berselang lama, perempuan cantik itu melaju dengan kendaraan roda empatnya. Disopuri oleh suaminya, juga ditemani dua gadis belasan tahun yang menuruni pesona ibunya serta gagah ayahnya. Akupun beranjak, menuju parkiran.

 “Mas, ada titipan nih dari ibu yang naik sedang biru tadi”, sapa sang tukang parkir.

“Oh, njehh pak” balasku sambil membuka lipatan secarik kertas tersebut.

“Mas Adin, 14 tahun lalu mas nunggak sewa kamar kos 3 bulan loh ditempat Ibu. Segera lunasi yah

ALAMAKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!

Post a Comment for "PEREMPUAN PENUH PESONA ITU..."