Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sarung Samarinda 1 ; Klasifikasi Sosial dari Sarung Samarinda

Sejarah Sarung Samarinda dan Sarung Bugis

DR. Priyanti Gunardi
Program Studi Biologi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(Alamat tetap: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)


Sarung Samarinda adalah kain tenunan yang dibuat oleh kaum perempuan Bugis Wajo di Samarinda Seberang. Kain tenun tersebut pada umumnya terbuat dari rangkaian benang-benang sutera dengan menggunakan alat tenun gedogan atau ATBM (alat tenun bukan mesin). Pada awalnya sarung yang ditenun dengan beragam motif tidak memiliki nama. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan diskusi dengan beberapa orang budayawan serta pemerhati sejarah dan budaya Bugis di beberapa daerah.
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, motif-motif sarung Samarinda yang masih terus diproduksi sebanyak 14 sedangkan satu motif yang tidak diproduksi lagi yaitu lebba suasa. Motif sarung Samarinda sudah mengalami percampuran antara motif Bugis dengan Kutai. Dibandingkan dengan sarung Bugis, sarung Samarinda tidak mengenal sistem klasifikasi baik terhadap motif yang dihasilkan, siapa saja dengan usia berapa saja yang boleh menggunakan motif tersebut, dan pada upacara adat apa saja sarung dengan motif tertentu dapat digunakan. Perlu dibuat suatu sistem klasifikasi terhadap sarung Samarinda berdasarkan kesepakatan antara para penenun, tetua adat serta para pengusaha tekstil sehingga motif-motif yang ada sekarang dapat terus dilestarikan dengan cara terus diproduksi sehingga khasanah tekstil negeri kita tidak kalah bersaing dengan tekstil negara lain.

Kain sarung hasil tenunan asli Indonesia yang terkenal hingga manca negara salah satunya adalah sarung Samarinda. Banyak orang menduga bahwa sarung Samarinda ditenun oleh penduduk asli penghuni bumi Samarinda di Kalimantan Timur yaitu orang-orang Kutai, Dayak atau Banjar. Setelah ditelusuri melalui pustaka ternyata sarung Samarinda adalah kain tenunan yang dibuat oleh masyarakat Bugis Wajo yang berdomisili di Samarinda Seberang. Sebutan Samarinda Seberang diberikan untuk daerah yang letaknya di seberang sungai Mahakam. Orang-orang Bugis yang tinggal di daerah ini menggeluti berbagai pekerjaan. Para lelaki bekerja di ladang atau mencari ikan di sepanjang sungai Mahakam sedangkan kaum perempuannya lebih banyak mengerjakan berbagai jenis pekerjaan rumah tangga dan menenun kain.

Kain-kain sarung yang tenun para perempuan Bugis Wajo dibuat dengan menggunakan alat tenun yang masih sederhana. Alat tenun yang digunakan adalah gedogan dan ATBM atau alat tenun bukan mesin. Gedogan dan ATBM terbuat dari kayu. Kedua alat tenun tersebut murni digerakkan tanpa menggunakan mesin-mesin yang menggunakan sumber energi listrik atau bahan bakar fosil lainnya.

Sarung Samarinda yang dibuat oleh masyarakat Bugis Wajo sebelumnya tidak diberi nama namun mereka menemui kesulitan ketika membicarakan busana yang mereka kenakan kepada masyarakat lain yang tertarik terhadap sarung tersebut. Sarung itu kemudian diberi nama Sarung Samarinda bukan Sarung Bugis. Nama sarung Samarinda diberikan oleh para penenun Bugis Wajo karena sudah terjadi perpaduan budaya antara masyarakat Bugis Wajo dengan Kutai, hal ini ditandai dengan ikatan pernikahan antara kedua suku tersebut. Perpaduan budaya yang terjadi membuat para penenun seperti memiliki kesepakatan bersama bahwa sarung Samarinda adalah milik bersama antara suku Bugis Wajo dengan Kutai sehingga tidak boleh lagi memperlihatkan ciri khas masyarakat Bugis saja (Komunikasi pribadi dengan Nor Sidin – pemerhati sejarah dan budaya Bugis di Samarinda).

Sarung Samarinda memiliki pakem atau pola dasar kotak-kotak besar maupun kecil. Sarung tersebut memiliki bagian watang (tubuh) dan kapalanna (tumpal) (Gambar 1). Kain sarung tersebut memiliki beberapa motif yang pada perkembangannya mengalami modifikasi dengan memasukan pula unsur-unsur budaya suku Kutai namun mereka tetap mempertahankan pakem hasil warisan turun-temurun dari leluhurnya.



Gambar 1. Bagian sarung Samarinda. a. Watang (tubuh). b. Kapalanna (tumpal) (Sumber: Priyanti, 2011)

Motif-motif sarung Samarinda yang berhasil ditenun pada awalnya juga tidak memiliki nama. Lambat laun masyarakat Bugis memerlukan nama untuk kain tenunannya. Sebagian besar nama yang diberikan menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa Bugis namun ada juga motif sarung yang diberi nama dengan bahasa Kutai. Saat ini pengelompokan motif sarung yang dilakukan oleh para penenun Bugis Wajo masih berdasarkan nama yang mereka berikan. Sesungguhnya pengelompokan terhadap motif-motif sarung Samarinda dapat dilakukan oleh para penenun berdasarkan jumlah benang yang menyusun setiap garisnya (Komunikasi pribadi dengan Nor Sidin – Pemerhati sejarah dan budaya Bugis di Samarinda) namun berapa tepatnya jumlah benang yang menyusun setiap garis masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kaitan pemberian nama dengan motif tenunan juga belum memperlihatkan sistem penamaan yang baku sebagai contoh motif jepa-jepa kamummu yang berubah namanya menjadi hattama hassara lalu sekarang lebih terkenal dengan nama belang hatta. Contoh tersebut memberi kesempatan bagi perubahan nama pada motif yang lain sehingga pengelompokan atau pengklasifikasiannya tidak memiliki pondasi yang kuat. Spesifikasi siapa saja yang boleh menggunakan macam-macam motif sarung Samarinda pun tidak ada sehingga sarung Samarinda boleh dipakai oleh kaum lelaki dan perempuan.

Tulisan ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah Klasifikasi Tradisional dan Sistematika Masa Depan. Pada tulisan ini akan dibahas tentang sejarah masuknya orang-orang Bugis ke Kalimantan Timur, alat tenun, motif sarung Samarinda, motif sarung Bugis, perbandingan antara sarung Samarinda dengan sarung Bugis, kegunaan sarung Samarinda serta pengetahuan lokal masyarakat Bugis Wajo dalam membuat klasifikasi sarung Samarinda.

ARTIKEL INI TERDIRI DARI 8 ARTIKEL, Kelanjutannya silahkan baca disini  :

Sarung Samarinda 2 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-2-sejarah-sarung.html
Sarung Samarinda 3 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-2-alat-tenun-di.html
Sarung Samarinda 4 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-3-motif-sarung.html
Sarung Samarinda 5 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-4-motif-sarung-samarinda-bugis.html
Sarung Samarinda 6 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-5-perbandingan-antara-sarung-samarinda-dan-sarung-bugis.html
Sarung Samarinda 7 : http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-6-kegunaan-sarung-samarinda.html
Sarung Samarinda 8 :
http://www.suryadinlaoddang.com/2018/02/sarung-samarinda-7-klasifikasi-sarung-samarinda-bugis.html





Post a Comment for "Sarung Samarinda 1 ; Klasifikasi Sosial dari Sarung Samarinda"