Mengenal Identitas Makassar; Identitas Fisik (Bagian 3)
Pada bagian ini, identitas fisik yang dimaksud adalah identitas Makassar sebagai sebuah Wilayah terotorial (baca : kota) dan identitas fisik sebagai bentuk dan ciri tubuh orang-orang Makassar. Matttulada menguraikan identitas orang Makassar sebagai berikut, bentuk tubuh orang Makassar sedikit lansing, berotot, dan berwarna kulit sedikit lebih cerah. [1]
Identitas ini tentu tidak lagi relevan dipakai saat ini, perbauran lewat jalur perkawinan orang Makassar dengan etnis dan bangsa pada akhirnya membuat identitas fisik tersebut menjadi bias.
Jika disederhanakan lewat busana yang dikenakan, maka pria Makassar dapat dikenali pakaian adat mereka yang menggunakan Sarung Sutera tenunan sebagai bawahan, jas tutup sebagai atasan. Lengkap dengan Songkok Recca atau Passapu di kepalanya serta Pabbekkeng di pinggangnya, ikat pinggang hal yang tidak ditemui pada pakaian adat Bugis, yang memang memiliki kemiripan busana adat. Sementara pada perempuan Makassar, juga mirip dengan busana adat Bugis. Sarung sutera tenun sebagai bawah dan baju bodo sebagai atasan. Lengkap dengan segala asesoris pelengkap seperti gelang, cincin dan anting, yang membedakan adalah pada kalung yang dikenakan jika perempuan Bugis mengenakan kalung bermotif Bunga Rosi (Mawar), maka perempuan Makassar menggunakan motif Bunga Pute (Melati).
Sementara sebagai wilayah kota, Makassar saat ini hampir tidak dapat dikenali lagi identitasnya. Pola pembangunan kapitalis dan modern yang dianut pemerintah dan warga kota Makassar telah menghilangkan identitas Makassar sebagai sebuah kota yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Pantai Losari misalnya yang sempat dikenal sebagai warung terpanjang didunia dengan deretan pedagang kaki limanya kini telah hilang, tergusur oleh dalih pembangunanan. Hingga akhir tahun 1990-an, hiruk pikuk dan sajian Makanan ala kaki lima tersebut menjadi identitas Makassar.
Selain itu, sepanjang jalan utama di Kota Makassar sudah tidak lagi dapat ditemui bangunan-bangunan yang sarat nilai sejarah dan budaya, semua telah rubuh berganti dengan jejeran bangunan rumah toko. Kalaupun Makassar masih punya Benteng Fort Roterdam, Benteng Sombaopu dan Lapangan Karebosi yang juga disebut-sebut sebagai identitas kota Makassar, nasibnya juga terancam. Benteng Somba Opu dibangun pada abad XV oleh Raja Gowa IX, Karaeng Tumaparisik Kallona. Di kawasan Benteng tersebut dibangun benteng-benteng pertahanan, dari Benteng Tallo hingga Benteng Galesong di Selatan.
Jika disederhanakan lewat busana yang dikenakan, maka pria Makassar dapat dikenali pakaian adat mereka yang menggunakan Sarung Sutera tenunan sebagai bawahan, jas tutup sebagai atasan. Lengkap dengan Songkok Recca atau Passapu di kepalanya serta Pabbekkeng di pinggangnya, ikat pinggang hal yang tidak ditemui pada pakaian adat Bugis, yang memang memiliki kemiripan busana adat. Sementara pada perempuan Makassar, juga mirip dengan busana adat Bugis. Sarung sutera tenun sebagai bawah dan baju bodo sebagai atasan. Lengkap dengan segala asesoris pelengkap seperti gelang, cincin dan anting, yang membedakan adalah pada kalung yang dikenakan jika perempuan Bugis mengenakan kalung bermotif Bunga Rosi (Mawar), maka perempuan Makassar menggunakan motif Bunga Pute (Melati).
Sementara sebagai wilayah kota, Makassar saat ini hampir tidak dapat dikenali lagi identitasnya. Pola pembangunan kapitalis dan modern yang dianut pemerintah dan warga kota Makassar telah menghilangkan identitas Makassar sebagai sebuah kota yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Pantai Losari misalnya yang sempat dikenal sebagai warung terpanjang didunia dengan deretan pedagang kaki limanya kini telah hilang, tergusur oleh dalih pembangunanan. Hingga akhir tahun 1990-an, hiruk pikuk dan sajian Makanan ala kaki lima tersebut menjadi identitas Makassar.
Selain itu, sepanjang jalan utama di Kota Makassar sudah tidak lagi dapat ditemui bangunan-bangunan yang sarat nilai sejarah dan budaya, semua telah rubuh berganti dengan jejeran bangunan rumah toko. Kalaupun Makassar masih punya Benteng Fort Roterdam, Benteng Sombaopu dan Lapangan Karebosi yang juga disebut-sebut sebagai identitas kota Makassar, nasibnya juga terancam. Benteng Somba Opu dibangun pada abad XV oleh Raja Gowa IX, Karaeng Tumaparisik Kallona. Di kawasan Benteng tersebut dibangun benteng-benteng pertahanan, dari Benteng Tallo hingga Benteng Galesong di Selatan.
Lokasi Benteng Somba Opu berada pada kawasan Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Benteng Somba Opu merupakan pusat kota dan sekaligus pusat roda pemerintahan kerajaan Gowa. Benteng ini menjadi lambang kejayaan dan kebesaran kerajaan Gowa sebelum ditaklukkan dan diruntuhkan oleh penjajah Belanda pada abad 17 M. Disinilah awal mula sebuah konstruksi tatanan kota yang bercorak kolonialistik dan kapitalistik. Ruang kota diproduksi dan direproduksi untuk memenuhi kepentingan penguasa kolonial yang terus berlajut hingga saat ini.
Kini, Benteng Somba Opu sebagai sentrum situs bersejarah sisa peninggalan Kerajaan Gowa dan Cagar budaya sebagai identitas Makassar kota multikultural kembali dalam cengkraman kekuatan besar. Pembangunan oleh pemerintah dan kaum kapitalis terus mengancam nilai-nilai historis dari situs sejarah peninggalan kejayaan Kerajaan Gowa dan cagar budaya yang terdapat di dalamnya sebagai simbol Makassar kota multikultural yang berperadaban juga akan terancam keberadaannya.
Makassar, terjebak pada keinginan untuk maju tapi lupa pada identitas kotanya. Banyak kota-kota besar di dunia yang terkenal karena memiliki identitas khas. Sebagai sebuah kota Makassar punya identitas yanag bagus, salah satunya adalah landmarknya Benteng Rotterdam dan Lapangan Karebosi. [2] Pemerintah dan warga Makassar telah lupa bahwa kota tidak terjadi secara alamiah. Ada berbagai proses historis dan intervensi lembaga-lembaga kekuasaan yang membentuk wajah kota. [3]
Kini, Benteng Somba Opu sebagai sentrum situs bersejarah sisa peninggalan Kerajaan Gowa dan Cagar budaya sebagai identitas Makassar kota multikultural kembali dalam cengkraman kekuatan besar. Pembangunan oleh pemerintah dan kaum kapitalis terus mengancam nilai-nilai historis dari situs sejarah peninggalan kejayaan Kerajaan Gowa dan cagar budaya yang terdapat di dalamnya sebagai simbol Makassar kota multikultural yang berperadaban juga akan terancam keberadaannya.
Makassar, terjebak pada keinginan untuk maju tapi lupa pada identitas kotanya. Banyak kota-kota besar di dunia yang terkenal karena memiliki identitas khas. Sebagai sebuah kota Makassar punya identitas yanag bagus, salah satunya adalah landmarknya Benteng Rotterdam dan Lapangan Karebosi. [2] Pemerintah dan warga Makassar telah lupa bahwa kota tidak terjadi secara alamiah. Ada berbagai proses historis dan intervensi lembaga-lembaga kekuasaan yang membentuk wajah kota. [3]
----------------
[1] Mattualada,
2011, Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. Penerbit
Ombak, Yogyakarta. Halaman 12.
[2] Prof Dr S Trisutomo, Fajar 20-10-2008.
[3] Dias Pradadimara, Penduduk Kota,
Warga Kota, dan Sejarah Kota: Kisah Makassar, dalam Freeek Colombijn (dkk),
2005, Kota Lama Kota Baru: Sejarah
Kota-Kota di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan, Penerbit Ombak,
Yogyakarta. Hal. 252.
================
Bersambung ke : Sifat, Sikap, Karakter dan Watak orang Makassar
Post a Comment for "Mengenal Identitas Makassar; Identitas Fisik (Bagian 3)"